ETIKA PROFESI DIBIDANG PENDIDIKAN

Menantang Bahaya, Siswa SD Lintasi Proyek Tol untuk Sekolah





Liputan6.com, Bogor - Menantang bahaya. Kondisi itulah yang setiap hari harus dihadapi siswa sekolah dasar (SD) Ciadeg, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Seperti ditayangkan Liputan6 Pagi SCTV, Jumat (11/8/2017), kaki-kaki kecil itu harus berjuang mempertaruhkan nyawa menuruni tebing licin setinggi kurang lebih delapan meter.

Sementara itu, keterbatasan akses menuju ke sekolah membuat mereka terpaksa menuruni anak tangga darurat yang dibuat warga untuk menyeberangi proyek Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi atau Bocimi. Banyaknya kendaraan berat serta medan terjal melalui tebing yang curam sangat rentan dengan bahaya.
Jika sebelumnya para siswa SD itu bisa tiba di sekolah dengan 20 hingga 30 menit perjalanan, kini mereka harus menempuh jarak dua kali lipat. Sebab, mereka harus memutar arah melintasi proyek pembangunan jalan tol.

Besar harapan mereka agar pemerintah setempat menaruh peduli. Termasuk apabila pengembang proyek Tol Bocimi mau membuatkan jembatan penyeberangan orang.

sumber:http://news.liputan6.com/read/3054173/menantang-bahaya-siswa-sd-lintasi-proyek-tol-untuk-sekolah

Menurut pendapat saya : 
Sungguh sangat mengharukan melihat kejadian yang menimpa anak-anak generasi penerus bangsa ini untuk menggapai cita-cita mereka . Mereka harus menempuh jalan yang banyak di lalui kendaraan berat yang kapan saja bisa mengancam nyawa mereka . Seharusnya pemerintah harus menyuruh anak buah untuk terjun langsung ke lapangan guna mengetahui sekolah-sekolah mana yang pantas untuk ditolong , apakah anak-anak tersebut telah menerima langsung bantuan langsung dari pemerintah . Dan sebaiknya pemerintah juga harus mendata apa apa saja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mereka . serta akses transportasi mereka menuju sekolah . 
Karena kita harus tau anak-anak kecil itu ialah generasi penerus untuk Bangsa ini , jadi sudah sepatutnya pemerintah memperhatikan mereka. 













ETIKA PROFESI DIBIDANG POLITIK


Politik Baju Adat Jokowi





Dengan memakai baju adat yang berbeda-beda di banyak kesempatan, Jokowi melakukan politik pengakuan atas ragam budaya Indonesia.

tirto.id - Pakaian Presiden Joko Widodo kembali menarik perhatian.
“Bapak Presiden pakai pakaian adat Bugis, ini karaeng [bangsawan/raja] paling ganteng se-Indonesia,” kata Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam sambutannya. “Orang berpakaian Jawa yang jalannya paling cepat Pak JK ini,” tambahnya.
Zulkifli berguyon tentang pakaian yang dipakai Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dua orang yang diguyoni membalas senyum. Hadirin lain juga menyambut kelakar Zulkifli dengan riuh tawa.
Ini memang kali pertama Jokowi hadir dalam Sidang Tahunan MPR-DPR-DPD dengan pakaian adat. Uniknya, ia dan sang wakil seperti bertukar karakter. Jokowi yang keturunan Jawa memakai pakaian adat Bugis, sementara JK yang keturunan Bugis memakai blangkon lengkap dengan baju adat Jawa.
Pasangan mereka juga mengimbangi. Ibu Negara Iriana Jokowi memakai baju adat Bali, sementara Ibu Mufidah Kalla memakai kebaya dan batik Jawa. Kedua pasangan ini tampil mencolok dibanding hadirin lainnya.
Dalam buku The Politics of Dress in Asia and The America’s, pakaian pemimpin negara dalam perkembangannya berubah menjadi simbol, identitas, dan pernyataan politiknya. Baik secara disadari ataupun tidak, para tokoh-tokoh politik seringkali menggunakan pakaiannya sebagai sarana kampanye dan pernyataan politik. Politik pakaian ini berjalan sesuai dengan sejarah budaya yang terjadi di negara bersangkutan.

    Dalam kasus Jokowi, ada politik multikulturalisme yang ingin disampaikannya. Gagasan multikulturalisme dalam wacana politik kontemporer, seperti dipacak pada Stanford Encyclopedia of Philosophy, "adalah cara memahami dan merespons tantangan-tantangan yang terkait keragaman budaya dan agama."
    Laman ensiklopedia tersebut menerangkan bahwa multikulturalisme mendukung anggota kelompok minoritas untuk mempertahankan identitas kolektif dan praktik khas mereka, alih-alih melebur atau berasimilasi ke dalam budaya dominan. Pandangan ini mengena dengan karakter Indonesia yang terdiri dari beragam suku-bangsa dan kebudayaan. 
    Apalagi, di masa Orde Baru, Indonesia kerap disebut-sebut Jawasentris atau menjadikan Jawa sebagai pusat. Dengan pakaian ala Bugisnya, Jokowi melakukan politik pengakuan; ia sedang menyatakan bahwa Indonesia bukanlah semata Jawa atau bukan sekadar (ibukota) Jakarta. 
    Selain melakukan politik pengakuan lewat pakaian, Jokowi juga menyebut beberapa daerah dan bahasanya. Dalam pidatonya, ia menyapa pemirsanya dengan menyebut 4 titik paling pinggir di barat, timur, utara, dan selatan Indonesia: "Saudara-saudaraku dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote."

    Sadariah dari Betawi Jadi Favorit                     
    Di antara Presiden Indonesia lainnya, Jokowi memang dikenal sebagai yang paling sering memakai pakaian adat di depan umum. Setidaknya, tahun ini saja, Tirto mencatat ia telah tujuh kali memakai macam-macam pakaian adat dalam sejumlah acara besar. Salah satu yang masih hangat dikenang kening, Februari lalu, Jokowi pergi ke Maluku dan memakai pakaian adat sana. Dalam kesempatan itu, ia dianugerahi gelar kehormatan Upu Kalatia Kenalean Da Ntul Po Deyo Routnya Hnulho Maluku.
    Sayangnya, tak semua orang menangkap pesan multikulturalisme yang dilempar Jokowi dalam tiap kesempatan. Fotonya yang lengkap berpakaian adat Maluku diolok-olok seorang netizen, ia dikatai seperti Raja Kodok. Insiden serupa juga terjadi Agustus tahun lalu, ketika Jokowi mengunjungi Festival Danau Toba lengkap mengenakan pakaian adat Batak. Hiasan kepala Jokowi dikatai seperti wig.
    Namun, olok-olokan begitu tampaknya tak berpengaruh pada kebiasaan Jokowi berpakaian adat. Kebiasaan tersebut sudah terlacak sejak 2014 lalu. Desember tahun itu, ia sempat menyambangi Tidung, Kalimantan Utara, dan mengenakan pakaian adat ulun khas Tana Tidung. 
    Tak hanya ketika mengunjungi daerah, pakaian adat juga sering dipakai Jokowi dalam acara-acara besar dan internasional, seperti Upacara Hari Lahir Pancasila pada Juni 2017 dan Konferensi Asia-Afrika pada April 2017. Dalam dua acara itu, ia memilih pakaian adat Betawi.
    Di antara pakaian adat lain, pakaian sadariah—khas Betawi—memang yang paling sering dipakai Jokowi. Catatan Tirto menunjukkan, setidaknya Jokowi sudah empat kali memakai pakaian tersebut. Selain dua acara di atas, Jokowi juga memakai sadariah ketika menyambut Raja Swedia Carl XVI, 25 Mei lalu, dan Lebaran Betawi di Setu Babakan pada 30 Juli silam.
    Selain itu, Jokowi juga lebih sering memakai pakaian adat suku dari Sumatera. Tak cuma adat Batak, ia pernah memakai baju adat suku Nias dan Gayo.
    Dalam menyambut kunjungan kepala negara lain, Jokowi juga selalu menyelipkan unsur pakaian adat Indonesia yang beragam. Presiden Ukraina, Chile, Lithuania, Wakil Presiden Amerika Serikat, dan  Perdana Menteri Jepang adalah deretan pemimpin negara yang pernah disambut iring-iringan anak-anak berpakaian adat di istana. Saat menyambut Raja Salman, bahkan Jokowi menyuruh ke-34 Paspampresnya mengenakan pakaian adat dari 34 provinsi. 

    sumber : https://tirto.id/politik-baju-adat-jokowi-cuHJ

    Menurut pendapat saya : 

    Seperti kita tahu , Indonesia adalah negara Pancasila . Negara Pancasila yang kita kenal dengan sebutan "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti "Meskipun kita berbeda namun tetap satu juga". Saya bangga dengan Presiden kita yang ke-7 di Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Bapak Ir.Jokowi Widodo dalam beberapa acara penting seperti rapat Asean yang dihadiri beberapa orang terkemuka, tamu luar negeri, Bapak Presiden kita tidak malu menggunakan baju - baju adat. Seperti di lansir sesuai dengan berita diatas , tujuan dari Bapak Presiden kita menggunakan baju adat salah satunya ialah untuk berpolitik tetapi politik bukan untuk mendapatkan uang, tetapi politik yang dilakukan Presiden kita adalah untuk memahami dan merespon tantangan-tantangan yang terkait dengan keberagaman budaya dan agama. Apalagi seperti yang kita ketahui belakangan ini banyak perselisihan yang terjadi di Negara Indonesia yang ingin memecahbelahkan persatuan NKRI dengan unsur Agama maupun budaya oleh oknum tertentu .Oleh karena itu tugas kita untuk membantu Bapak Presiden kita untuk sama-sama menjaga keutuhan dari NKRI ini , bukan justru untuk memecahbelah NKRI. 










    ETIKA PROFESI DIBIDANG IT



    Telegram Bisa Diakses Kembali di Indonesia, Blokir Dicabut?



    Pemerintah Indonesia dikabarkan telah mencabut pemblokiran akses Telegram. Informasi pencabutan itu diketahui dari e-mail permintaan pembukaan blokir yang dilayangkan oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika kepada operator seluler dan penyedia layanan internet.
    Pantauan KompasTekno, Kamis (10/8/2017) siang, layanan web Telegram sudah bisa diakses melalui jaringan internet dari beberapa operator seluler di Indonesia.
    Situs web Telegram sudah bisa diakses menggunakan nyaris semua jaringan internet operator seluler. Layanan web Telegram sudah bisa diakses menggunakan First Media, Telkomsel, XL Axiata, Smartfren, dan Indosat. Namun belum diakses saat menggunakan jaringan Bolt.
    Juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Noor Iza belum membenarkan atau menyanggah kabar pencabutan pemblokiran tersebut. Menurut Noor Iza, informasi soal Telegram akan disampaikan langsung oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.

    "Tapi sekarang masih dibicarakan dulu, jadi belum tahu pengumumannya kapan," kata Noor Iza kepada KompasTekno.
    Total ada 11 domain milik Telegram yang "terbebas" dari sistem filtering setiap ISP di Indonesia. Ke-11 domain tersebut adalah:
    1. t.me
    2. telegram.me
    3. telegram.org
    4. core.telegram.org
    5. dekstop.telegram.org
    6. macos.telegram.org
    7. web.telegram.org
    8. venus.web.telegram.org
    9. pluto.web.telegram.org
    10. flora.web.telegram.org
    11. flora-1.web.telegram.org
    Dirjen Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan sebelumnya pernah membenarkan kabar bahwa pemerintah bakal segera mencabut pemblokiran tersebut.
    Pemerintah memutuskan untuk memulihkan Telegram karena sudah ada itikad baik dan komitmen untuk mengelola dan menangani konten bermuatan terorisme dan radikalisasi.

    Pertemuan dengan Menkominfo
    CEO sekaligus pendiri Telegram, Pavel Durov juga sudah bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara. Dalam pertemuan itu, keduanya  membahas penanganan isu terorisme dan konten radikal yang berkembang dalam platform Telegram.
    Pavel Durov menyatakan bahwa Telegram memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah Indonesia. Selanjutnya, pemerintah dan Telegram pun sepakat untuk kembali bertemu, lengkap dengan tim teknis, untuk membahas proses penanganan masalah radikalisme dan terorisme
    Pada pertengahan Juli, tepatnya Jumat (14/7/2017), pemerintah mengumumkan memblokir akses menuju aplikasi web Telegram. Pemblokiran dilakukan dengan alasan Telegram dijadikan alat komunikasi, penyebaran paham radikal, dan terorisme.
    Pemerintah hanya melakukan pemblokiran pada jalur akses menuju aplikasi web Telegram. Aplikasi mobile, seperti di Android dan iOS, masih bisa digunakan seperti biasa.
    Update: XL Axiata mengaku sudah menerima e-mail permintaan pembukaan blokir tersebut. Pihak tersebut langsung memproses dengan membuka blokir DNS.

    sumber : 
    http://tekno.kompas.com/read/2017/08/10/14002367/telegram-bisa-diakses-kembali-di-indonesia-blokir-dicabut-


    Menurut pendapat saya :  
    Telegram adalah salah satu dari sekian banyak media sosial yang digunakan oleh masyarakat karena manfaat yang dirasakan oleh telegram dibanding media sosial lainnya lebih unggul . Dimana beberapa keunggulan dari aplikasi telegram kita peroleh secara gratis tanpa berbayar , dapat mengirim pesan , lebih ringan penyimpanan memori ,dapat berbagi file apapun dengan ukuran yang lebih besar, grup yang lebih banyak menampung dan kita juga dapat juga membuat sticker untuk dapat berkomunikasi dengan teman sehingga kita menjadi lebih kreatif. 
    Alangkah sayangnya , jika pemerintah memblokir aplikasi ini di indonesia , kita akan kehilangan dari fitur-fitur keunggulan yang saya sebutkan diatas tadi . Padahal dalam proses kegiatan kita sehari-hari kita butuh itu . Jika seandainya pemerintah menduga ada kegiatan radikal , maupun terorisme yang menggunakan aplikasi ini alangkah baiknya kalo pemerintah menyelediki dulu dari kebenaran itu dan untuk kedepannya pemerintah perlu meningkatkan keamanan untuk memantau pengguna aplikasi telegram tersebut . Agar masyarakat lain kembali menjalankan aktivitasnya dengan bantuan aplikasi ini . Dan bagi orang yang memang menggunakan aplikasi telegram ini untuk kejahatan radikal , terorisme dan berbagai kegiatan jahat lainnya menggunakan media sosial dapat segera ditindaklanjuti dan ditindak oleh pemerintah.

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Cari Blog Ini

    • ()